✔ Vape Atau Rokok - Mana Yang Lebih Sehat?
Baca Juga
Rokok elektronik, atau e-cigs, Rokok Elektronik dipasarkan sebagai alternatif gres yang "aman" dari rokok konvensional. Mereka kini tiba dalam banyak sekali bentuk dan termasuk mod vape, sistem pod, dan pena vape. Fokus artikel ini ialah pada e-cigs atau vape alasannya ialah sebagian besar penelitian yang ada telah dilakukan pada vape ini, tetapi banyak isu di bawah ini juga relevan dengan produk lain.
Pertanyaan besarnya adalah: Apakah mereka aman? Apa pendapat pemerintah perihal mereka? Akankah mereka membalikkan penurunan kebiasaan merokok - menawarkan kehidupan gres ke kebiasaan usang - atau dapatkah mereka membantu orang berhenti merokok? Inilah yang perlu Anda ketahui.
Vape ialah perangkat yang dioperasikan dengan baterai yang awalnya berbentuk ibarat rokok (awalnya dibuat sangat ibarat dengan rokok, dengan lampu depan ketika dihidupkan), tetapi kini termasuk mod vape, pod, dan pena vape. Hampir semua produk ini mengandung nikotin, obat adiktif yang merangsang, melemaskan, dan secara alami ditemukan dalam tembakau. Ini ialah nikotin dalam rokok yang menciptakan merokok sangat menciptakan ketagihan, dan hal yang sama berlaku untuk sistem vaping dan polong. Produk elektronik ini memungkinkan nikotin untuk dihirup, dan mereka bekerja dengan memanaskan kartrid cair yang mengandung nikotin, rasa, dan materi kimia lainnya menjadi uap. Karena vape memanaskan cairan daripada tembakau, apa yang dikeluarkan dianggap tanpa asap, tetapi uap.
Karena mereka tidak berasap, banyak yang salah berasumsi bahwa rokok elektronik lebih kondusif bagi yang bukan perokok dan lingkungan daripada rokok tradisional. Namun, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam International Journal of Hygiene dan Environmental Health menemukan bahwa penggunaan vape menghasilkan peningkatan konsentrasi senyawa organik yang gampang menguap dan partikel yang terbawa di udara, yang keduanya berpotensi berbahaya ketika dihirup. Meskipun uap uap mungkin tidak menghasilkan amis yang terperinci dan asap rokok tradisional yang terlihat, masih mempunyai dampak negatif pada kualitas udara, terutama ketika menguap di dalam ruangan.
Tidak ada penelitian jangka panjang untuk mendukung klaim bahwa uap dari vape kurang berbahaya daripada asap konvensional. Kanker membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk berkembang, dan vape gres saja diperkenalkan ke Amerika Serikat pada waktu itu. Hampir mustahil untuk memilih apakah suatu produk meningkatkan risiko seseorang terkena kanker atau tidak hingga produk tersebut tersedia setidaknya selama 15-20 tahun. Meskipun ada ulasan nyata dari pengguna vaping yang bahagia sanggup merokok di mana rokok biasa dilarang, sangat sedikit yang diketahui perihal keamanan dan imbas kesehatan jangka panjangnya.
Bisakah Vaping Membantu Mengurangi atau Berhenti Merokok Rokok Biasa?
Jika suatu perusahaan menciptakan klaim bahwa produknya sanggup dipakai untuk mengobati penyakit atau kecanduan, ibarat kecanduan nikotin, ia harus menawarkan penelitian kepada FDA yang memperlihatkan bahwa produk tersebut kondusif dan efektif untuk penggunaan itu. Atas dasar penelitian ini, FDA menyetujui atau tidak menyetujui produk tersebut. Sejauh ini, tidak ada penelitian besar dan berkualitas tinggi yang menilik apakah vape sanggup dipakai untuk mengurangi atau berhenti merokok dalam jangka panjang. Sebagian besar penelitian dilakukan dalam periode waktu yang sangat singkat (6 bulan atau kurang) atau para partisipan tidak secara acak diberikan metode yang berbeda untuk berhenti merokok, termasuk sistem polong. Banyak penelitian didasarkan pada penggunaan vape yang dilaporkan sendiri. Sebagai contoh, sebuah penelitian yang dilakukan di empat negara menemukan bahwa pengguna vape tidak lebih mungkin untuk berhenti daripada perokok biasa meskipun 85% dari mereka menyampaikan mereka memakai mereka untuk berhenti. Penelitian selama setahun lainnya, yang dilakukan di AS, mempunyai temuan serupa. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal medis bergengsi pada tahun 2014 menemukan bahwa meskipun perokok mungkin percaya bahwa mereka merokok vape untuk membantu mereka berhenti, 6-12 bulan sehabis wawancara pertama, hampir semuanya masih merokok secara teratur. Demikian pula, penelitian selama setahun yang diterbitkan pada tahun 2018 membandingkan perokok yang memakai vape untuk perokok tradisional, dan menyimpulkan bahwa pengguna e-rokok lebih cenderung menyampaikan mereka mencoba berhenti tetapi tidak lebih mungkin untuk berhasil berhenti merokok, dengan 90% dari mereka. -menggunakan -cigs masih merokok rokok biasa di final penelitian. Sampai ada hasil dari penelitian yang dilakukan dengan baik, FDA belum menyetujui e-rokok untuk dipakai dalam menghentikan merokok.
Remaja, anak-anak, dan Vaping
Persentase remaja yang telah mencoba e-rokok hampir empat kali lipat hanya dalam empat tahun, dari 5% pada tahun 2011 menjadi 19% pada tahun 2015. Tiga juta siswa AS di sekolah menengah dan sekolah menengah mencoba vape pada tahun 2015, berdasarkan Survei Pemuda Nasional Tembakau. Dan, 1 dari 5 siswa sekolah menengah yang menyampaikan telah mencoba e-rokok juga menyampaikan mereka tidak pernah merokok.
Nikotin dan materi kimia lain yang ditemukan dalam rokok elektronik, jus, dll. Dapat merusak perkembangan otak pada orang yang lebih muda.
Vaping sanggup menimbulkan lebih banyak orang muda merokok yang mungkin tidak pernah mencobanya, dan begitu mereka kecanduan nikotin, beberapa orang mungkin memutuskan untuk mendapat "peningkatan" dari rokok biasa. Apakah vaping atau juul-ing ialah "pintu gerbang" untuk rokok biasa atau tidak, orang muda yang menggunakannya berisiko kecanduan nikotin dan mengekspos paru-paru mereka dengan materi kimia berbahaya.
Peningkatan tajam dalam hal vaping di kalangan anak muda menyoroti perlunya menghentikan produsen untuk menargetkan remaja dengan citarasa ibarat permen dan kampanye iklan.
Bahkan belum dewasa yang terlalu muda untuk merokok telah dirugikan oleh rokok elektronik dan produk-produk terkait. Cairan ini sangat terkonsentrasi, sehingga menyerapnya melalui kulit atau menelannya jauh lebih mungkin membutuhkan Kunjungi ruang gawat darurat daripada makan atau menelan rokok biasa. Pada 2012, kurang dari 50 anak di bawah usia enam tahun dilaporkan mempunyai hotline kontrol racun bulanan alasannya ialah vape. Pada 2015, jumlah itu meroket ke sekitar 200 anak per bulan, hampir setengahnya berusia di bawah dua tahun!
Bagaimana produk ini diorganisasikan?
FDA diberi wewenang untuk mengatur pembuatan, pelabelan, distribusi, dan pemasaran semua produk tembakau pada tahun 2009 ketika Presiden Obama menandatangani Undang-Undang Pencegahan Merokok Keluarga dan Pengendalian Tembakau dan pada 2010 pengadilan memutuskan bahwa FDA sanggup mengatur e-rokok. sebagai produk tembakau.
Iklan Vape
Hanya pada tahun 2016 FDA menuntaskan aturan untuk mengatur e-cigs, yang akan melarang penjualan e-rokok kepada siapa pun di bawah usia 18 tahun dan akan membutuhkan semua e-rokok yang masuk rak sehabis 15 Februari 2007 untuk melalui "tinjauan pasar awal," sebuah proses yang dipakai FDA untuk memilih apakah suatu produk yang berpotensi berisiko aman. Perusahaan diberikan mulai dari 18 bulan hingga dua tahun untuk mematuhi aturan-aturan ini dan menyiapkan aplikasi mereka. Namun, pada tahun 2017, manajemen Trump menunjuk Komisaris FDA baru, Dr. Scott Gottlieb, yang membela keamanan e-rokok dan menunda penerapan aturan hingga tahun 2022. Namun, ketika epidemi penggunaan e-rokok di kalangan anak muda menjadi jelas, pada 2018, Komisaris Gottlieb mengancam akan menindak iklan e-rokok untuk belum dewasa di bawah 18 tahun. Para kritikus mempertanyakan apakah penjualan dan periklanan sanggup dibatasi secara efektif.
Negara selalu mempunyai kekuatan untuk mengesahkan undang-undang yang membatasi penjualan dan penggunaan e-rokok. Misalnya, pada Mei 2013, senat negara potongan California mengusulkan undang-undang yang menciptakan semua vape tunduk pada aturan dan batasan yang sama ibarat rokok tradisional dan produk tembakau. Namun, itu tidak menjadi hukum.
Meskipun ada penelitian yang menimbulkan keprihatinan serius perihal vaping, penelitian lebih lanjut diharapkan untuk memperkuat dampak vaping pada kerusakan DNA, terutama pada anak-anak. Sementara itu, klaim bahwa vaping ialah taktik yang efektif untuk berhenti merokok tidak didukung oleh bukti sejauh ini. Selain itu, diharapkan lebih banyak studi toksikologis untuk memahami dampak jangka pendek dan studi epidemiologis diharapkan untuk mempelajari ancaman jangka panjang. Secara keseluruhan, yang dibutuhkan ialah penelitian untuk membandingkan risiko vape dengan produk tembakau, dan tidak merokok atau menguap.
Kembali ke teknologi, kini telah berkembang jauh lebih baik dari perangkat vape itu sendiri, memakai baterai "eksternal", memakai banyak sekali atomizers, rda, rta, rdta, mtl rda, memakai chip canggih, memakai cairan dengan garam nikotin, materi koil yangafer, dan sebagainya. Dan akan terus dikembangkan, alasannya ialah sepertinya dunia vaping masih cukup populer, menjadikannya daerah bisnis bagi banyak orang.
Kami tidak merekomendasikan vaping untuk orang yang belum merokok sebelumnya, terutama untuk anak-anak. Namun, jikalau seorang perokok berat sedang mencari cara untuk berhenti merokok konvensional, teknologi vape mungkin menjadi solusi. Tetapi dengan catatan penggunaannya dimaksudkan untuk menggantikan kebiasaan usang dan diprogram untuk benar-benar berhenti merokok dan bahkan jikalau itu masih vaping, cairan yang dipakai ialah 0mg atau sangat kecil. Sambil vaping untuk tujuan rekreasi, untuk orang dewasa, silakan baca artikel ini, dan harap simpulkan sendiri, untuk belum dewasa / remaja menjauhlah kalian!
sumber: FDA dan beberapa jurnal.
Persentase remaja yang telah mencoba e-rokok hampir empat kali lipat hanya dalam empat tahun, dari 5% pada tahun 2011 menjadi 19% pada tahun 2015. Tiga juta siswa AS di sekolah menengah dan sekolah menengah mencoba vape pada tahun 2015, berdasarkan Survei Pemuda Nasional Tembakau. Dan, 1 dari 5 siswa sekolah menengah yang menyampaikan telah mencoba e-rokok juga menyampaikan mereka tidak pernah merokok.
Penggunaan vape dan polong oleh kaum muda mengkhawatirkan alasannya ialah beberapa alasan:
Orang yang lebih muda ialah ketika mereka mulai merokok, semakin besar kemungkinan mereka akan menyebarkan kebiasaan: hampir 9 dari 10 perokok mulai sebelum mereka berusia 18 tahun.Nikotin dan materi kimia lain yang ditemukan dalam rokok elektronik, jus, dll. Dapat merusak perkembangan otak pada orang yang lebih muda.
Vaping sanggup menimbulkan lebih banyak orang muda merokok yang mungkin tidak pernah mencobanya, dan begitu mereka kecanduan nikotin, beberapa orang mungkin memutuskan untuk mendapat "peningkatan" dari rokok biasa. Apakah vaping atau juul-ing ialah "pintu gerbang" untuk rokok biasa atau tidak, orang muda yang menggunakannya berisiko kecanduan nikotin dan mengekspos paru-paru mereka dengan materi kimia berbahaya.
Peningkatan tajam dalam hal vaping di kalangan anak muda menyoroti perlunya menghentikan produsen untuk menargetkan remaja dengan citarasa ibarat permen dan kampanye iklan.
Bahkan belum dewasa yang terlalu muda untuk merokok telah dirugikan oleh rokok elektronik dan produk-produk terkait. Cairan ini sangat terkonsentrasi, sehingga menyerapnya melalui kulit atau menelannya jauh lebih mungkin membutuhkan Kunjungi ruang gawat darurat daripada makan atau menelan rokok biasa. Pada 2012, kurang dari 50 anak di bawah usia enam tahun dilaporkan mempunyai hotline kontrol racun bulanan alasannya ialah vape. Pada 2015, jumlah itu meroket ke sekitar 200 anak per bulan, hampir setengahnya berusia di bawah dua tahun!
Bagaimana produk ini diorganisasikan?
FDA diberi wewenang untuk mengatur pembuatan, pelabelan, distribusi, dan pemasaran semua produk tembakau pada tahun 2009 ketika Presiden Obama menandatangani Undang-Undang Pencegahan Merokok Keluarga dan Pengendalian Tembakau dan pada 2010 pengadilan memutuskan bahwa FDA sanggup mengatur e-rokok. sebagai produk tembakau.
Iklan Vape
Hanya pada tahun 2016 FDA menuntaskan aturan untuk mengatur e-cigs, yang akan melarang penjualan e-rokok kepada siapa pun di bawah usia 18 tahun dan akan membutuhkan semua e-rokok yang masuk rak sehabis 15 Februari 2007 untuk melalui "tinjauan pasar awal," sebuah proses yang dipakai FDA untuk memilih apakah suatu produk yang berpotensi berisiko aman. Perusahaan diberikan mulai dari 18 bulan hingga dua tahun untuk mematuhi aturan-aturan ini dan menyiapkan aplikasi mereka. Namun, pada tahun 2017, manajemen Trump menunjuk Komisaris FDA baru, Dr. Scott Gottlieb, yang membela keamanan e-rokok dan menunda penerapan aturan hingga tahun 2022. Namun, ketika epidemi penggunaan e-rokok di kalangan anak muda menjadi jelas, pada 2018, Komisaris Gottlieb mengancam akan menindak iklan e-rokok untuk belum dewasa di bawah 18 tahun. Para kritikus mempertanyakan apakah penjualan dan periklanan sanggup dibatasi secara efektif.
Negara selalu mempunyai kekuatan untuk mengesahkan undang-undang yang membatasi penjualan dan penggunaan e-rokok. Misalnya, pada Mei 2013, senat negara potongan California mengusulkan undang-undang yang menciptakan semua vape tunduk pada aturan dan batasan yang sama ibarat rokok tradisional dan produk tembakau. Namun, itu tidak menjadi hukum.
Intinya perihal Vape;
Vape, sistem pod, dan produk serupa lainnya belum ada cukup usang untuk memilih sejauh mana mereka mungkin berbahaya bagi pengguna dalam jangka panjang. Sayangnya, banyak orang, termasuk remaja, mendapat kesan bahwa vape kondusif atau efektif dalam membantu orang berhenti merokok. Studi oleh FDA memperlihatkan bahwa e-rokok mengandung beberapa materi kimia beracun yang sama dengan rokok biasa, meskipun mereka tidak mempunyai tembakau. Ada bukti bahwa beberapa materi kimia beracun ini sanggup menimbulkan kerusakan DNA yang sanggup menimbulkan kanker. Tiga perusahaan tembakau besar - Lorillard, Reynolds American, dan Altria Group - semuanya mempunyai merek rokok elektronik sendiri, sehingga tidak mengherankan bahwa rokok elektronik dipasarkan dan diiklankan ibarat halnya rokok biasa.Meskipun ada penelitian yang menimbulkan keprihatinan serius perihal vaping, penelitian lebih lanjut diharapkan untuk memperkuat dampak vaping pada kerusakan DNA, terutama pada anak-anak. Sementara itu, klaim bahwa vaping ialah taktik yang efektif untuk berhenti merokok tidak didukung oleh bukti sejauh ini. Selain itu, diharapkan lebih banyak studi toksikologis untuk memahami dampak jangka pendek dan studi epidemiologis diharapkan untuk mempelajari ancaman jangka panjang. Secara keseluruhan, yang dibutuhkan ialah penelitian untuk membandingkan risiko vape dengan produk tembakau, dan tidak merokok atau menguap.
Kembali ke teknologi, kini telah berkembang jauh lebih baik dari perangkat vape itu sendiri, memakai baterai "eksternal", memakai banyak sekali atomizers, rda, rta, rdta, mtl rda, memakai chip canggih, memakai cairan dengan garam nikotin, materi koil yangafer, dan sebagainya. Dan akan terus dikembangkan, alasannya ialah sepertinya dunia vaping masih cukup populer, menjadikannya daerah bisnis bagi banyak orang.
Kami tidak merekomendasikan vaping untuk orang yang belum merokok sebelumnya, terutama untuk anak-anak. Namun, jikalau seorang perokok berat sedang mencari cara untuk berhenti merokok konvensional, teknologi vape mungkin menjadi solusi. Tetapi dengan catatan penggunaannya dimaksudkan untuk menggantikan kebiasaan usang dan diprogram untuk benar-benar berhenti merokok dan bahkan jikalau itu masih vaping, cairan yang dipakai ialah 0mg atau sangat kecil. Sambil vaping untuk tujuan rekreasi, untuk orang dewasa, silakan baca artikel ini, dan harap simpulkan sendiri, untuk belum dewasa / remaja menjauhlah kalian!
sumber: FDA dan beberapa jurnal.
Belum ada Komentar untuk "✔ Vape Atau Rokok - Mana Yang Lebih Sehat?"
Posting Komentar